Tete Koneng, seorang yang tampan penuh wibawa, serta anggota masyarakat yang dihormati, yang kukenal sejak masa kanak-kanakku kurang lebih empat puluh tahun yang lampau, dan telah meninggal dunia beberapa tahun sesudah tanah air kita lepas dari penjajahan. Ada beberapa catatan kecil yang ingin kusajikan pada generasi mendatang, tentang gerak langkah dan tingkah laku manusia unik ini, yang sekalipun ia merupakan pokok yang penuh pertentangan bagi sementara orang, namun ia tetaplah bagaikan sebongkah batu gunung, kalau saja ia belum dapat dijuluki bukit batu dan sekalian mercusuar dalam skala kota kami yang kecil Tondano, terutama penonjolannya pada saat sebagian rakyat Minahasa sedang timbul tenggelam dan linglung, diterpa gejolak perjuangan sekitar Proklamasi 1945 karena adanya Twapro dan Hoofden Bond -nya. Berikut empat cerita yang terdapat dalam buku fiksi yang berjudul Tete Koneng: Tete Koneng Sebongkah Batu Gunung Tete Koneng Seorang Pejuang Tete Koneng di rumah duka