GEJOLAK PEREKONOMIAN JERMAN (1930)
Pada pertengahan 1920-an ekonomi Jerman pulih dan inflasi mulai berkurang. Pemerintahan Weimar yang berkuasa berhasil menyelesaikan masalah pergantian kerugian perang dengan meminjam uang dari Amerika Serikat. Namun, ada sejumlah rakyat Jerman yang tidak setuju dan menyebut peristiwa ini sebagai “kemerosotan Weimar”. Mereka bergabung dengan kelompok nonpolitik seperti Wandervogel yang menyerukan untuk kembali ke cara hidup lama yang lebih sederhana. Nazi memanfaatkannya dan ikut mensosialisasikan gerakan untuk kembali ke nilai lama ini (gerakan ini tetap bertahan ketika Nazi berkuasa dalam sebuah kelompok yang dinamakan Hitler-Jugend, “Kelompok Muda Hitler”).
Pada pertengahan tahun 1920-an, partai Nazi menjadi sebuah partai kecil yang radikal. Program partai mereka menjanjikan bahwa jika Nazi berkuasa, Yahudi Jerman, yangh dianggap berada dibalik 'Perjanjian Versailes', akan dicabut kewarganegaraannya, atau bahkan diusir dari negara tersebut. Menurut Bruno Hahnel, pemimpin Kelompok Muda Hitler untuk tahun 1927-1945, mereka menganggap bahwa Golongan Yahudi Dunia (World Jewry) ingin meraih kekuasaan dan menguasai dunia sehingga Kelompok Muda Hitler harus menggagalkannya.
Isu konspirasi Yahudi sedunia itu disuarakan secara terbuka oleh Nazi; dan dipercaya. Dan bersamaan dengan munculnya paham anti-Semit itu, tumbuh keyakinan bahwa kekerasan adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses politik, sehingga kemudian, Nazi mendirikan sayap paramiliter yang disebut Sturm Abteilung (SA), “Pasukan Badai”. Tugasnya adalah menjaga pertemuan-pertemuan Nazi, mengancam pengikut partai-partai lain dan menggalang dukungan.
HITLER MENJADI KANSELIR (1923)
Pada tahun 1928 atau 7 tahun setelah Hitler memimpin partai, Nazi gagal meraih kekuasaan dalam pemilu. Pada pemilu itu, Nazi hanya mendapatkan 2,6% suara. Tapi 4 tahun dan 18 bulan kemudian, Hitler menjadi Kanselir Jerman karena Nazi didukung oleh keadaan.
Pada tahun 1930-an, Jerman jatuh bangkrut. Harga produk pertanian dunia yang jatuh mengakibatkan kemiskinan, jatuhnya Wall Street mengakibatkan kemerosotan ekonomi di seluruh dunia, ditambah lagi dengan datangnya tagihan utang dari Amerika Serikat yang semakin menekan persediaan devisa Jerman. Tahun 1931 angka pengangguran di Jerman meningkat hingga 5 juta orang. Pengangguran hidup dengan susah payah di perkotaan ketika Jerman menjadi negara dengan perekonomian paling buruk di dunia. Keadaan semakin buruk ketika lima bank utama di Jerman hancur pada tahun 1931 menyebabkan lebih dari 20.000 perusahaan Jerman gulung tikar.
Tanpa diduga, dalam krisis ekonomi itu, suara untuk Nazi meningkat, orang-orang mulai tertarik dengan prinsip mereka: “Versailes adalah kejahatan dan Yahudi berada dibelakangnya. Marxisme harus dihancurkan dan Bangsa Jerman haruis lahir kembali.” bahkan karena sedemikian bosannya dengan keadaan ekonomi, orang-orang pedesaan yang belum pernah mendengar tentang Hitler dan partainya ikut memilih Nazi. Seperti misalnya di kota terpencil di wilayah Prusia Timur, Neidenburg, terjadi peningkatan suara yang sangat drastis untuk Nazi. Pada tahun 1928, Nazi mendapat 2,3% suara di sini. Namun pada tahun 1930 dukungan yang mereka dapatkan melonjak ke angka 25,8%; padahal Hitler tak pernah berkunjung ke sana dan tak ada perwakilan partai Nazi di kota itu. Tapi bukan hanya Nazi yang mulai naik daun, komunis juga mulai mendapat dukungan sehingga demokrasi yang baru lahir di Jerman mulai terancam karena para pemilih terdorong ke titik ekstrim; antara Nazi dan Komunis. Pertikaian mulai terjadi, Nazi dan Pasukan Badainya (SA) dengan Komunis.
Meskipun pada pemilu itu, Hitler kalah dari pesaingnya Presiden Hindenburg, ia telah menetapkan dirinya sebagai pemimpin alternatif Jerman yang menawarkan keteraturan, kedisiplinan dan kharisma. Pada pemilu tahun 1932 mayoritas mulai memilih dua partai yang secara terbuka bertujuan menggulingkan demokrasi Jerman: Nazi dan Komunis. Demokrasi yang datang di Jerman pada akhir PD I dianggap kurang cocok dan harus disingkirkan dari Jerman. Dalam pidato pemilihan umumnya (Juli, 1932) Hitler tidak menyembunyikan fakta bahwa Nazi memiliki paham kediktatoran.
Hasilnya pada pemilihan umum bulan Juli 1932 itu, Nazi menjadi partai terbesar di Jerman dengan meraih 37,4% suara. Kini hanya ada satu orang yang menjadi penghalang antara Hitler dan posisi Kanselir: Presiden Hindenburg, orang yang pernah bersaing dengan Hitler untuk jabatan presiden dan mengalahkannya. Hindenburg bertemu Hitler pada tanggal 13 Agustus 1932 dan dalam pertemuan itu, Hitler menuntut untuk menjadi Kanselir; Hindenburg menolak. Ia tidak setuju bila kekuasaan pemerintah diberikan ke satu partai yang tidak mewakili mayoritas pemilih dan -lebih jauh lagi- tidak toleran dengan disiplin yang rendah dan seringkali menggunakan kekerasan.
Kemudian munculah sekelompok orang mulai menekan dan melobi presiden Hindenburg, termasuk salah satu diantaranya seorang pengusaha mantan Direktur Reich Bank Hjalmar Schacht. Ia menulis surat kepada Hindenburg mendesak agar Hitler diberi mandat Kanselir demi kebaikan Jerman. Para pengusaha ketika itu lebih memilih agar perekonomian Jerman dikuasai oleh Nazi daripada Komunis yang jelas akan mematikan usaha mereka. Tekanan baru muncul sebagai akibat dari permainan perang militer: sebuah laporan menegaskan pada kabinet bahwa dalam kerusuhan sipil, militer tidak dapat mengendalikan baik Nazi maupun Komunis.
Tapi bukan hanya Hindenburg saja yang mendapat tekanan; Nazi juga mendapatkan hal yang sama. Partai Nazi terancam bangkrut dan kehabisan uang stelah salah satu tokoh utama partai, Gregor Strasser, mengundurkan diri. Sehingga dukungan suara mereka turun menjadi 33%; tampaknya dukungan untuk mereka sudah mencapai titik maksimal. Untungnya, Nazi mendapat dukungan dari kelompok tradisional Kanan yang ingin menggulingkan demokrasi dan komunis karena tanpa dukungan Hitler, mereka tidak akan mampu melekukannya. Salah satu diantara mereka, mantan Kanselir bangsawan Von Papen, menawarkan kesepakatan: Hitler bisa menjadi Kanselir jika ia, Von Papen, menjadi wakil Kanselir, dan hanya ada 2 anggota Nazi lainnya yang masuk kabinet yang matoritas diisi oleh orang-orang konservatif tradisional. Dengan begitu, ia berharap pengaruh Hitler dapat “dijinakkan”. Akhirnya Hindenburg menawarkan posisi Kanselir kepada Adolf Hitler pada tanggal 30 Januari 1933. dan segera setelah pengangkatan resmi itu, salah satu sahabat terdekat Hindenburg pada saat Perang Dunia I, Jenderal Ludendorf, mengirim telegram kepadanya.
[...] Ku ramalkan -dengan sungguh-sungguh- bahwa
“orang terkutuk” ini akan membawa negara kita ke dalam
jurang yang dalam. Generasi mendatang akan mengutukmu
karena ini.
Pada tanggal 30 Januari 1933 itu pula, Nazi mengadakan parade perayaan yang meriah di Berlin; revolusi telah dimulai.
Pada pertengahan 1920-an ekonomi Jerman pulih dan inflasi mulai berkurang. Pemerintahan Weimar yang berkuasa berhasil menyelesaikan masalah pergantian kerugian perang dengan meminjam uang dari Amerika Serikat. Namun, ada sejumlah rakyat Jerman yang tidak setuju dan menyebut peristiwa ini sebagai “kemerosotan Weimar”. Mereka bergabung dengan kelompok nonpolitik seperti Wandervogel yang menyerukan untuk kembali ke cara hidup lama yang lebih sederhana. Nazi memanfaatkannya dan ikut mensosialisasikan gerakan untuk kembali ke nilai lama ini (gerakan ini tetap bertahan ketika Nazi berkuasa dalam sebuah kelompok yang dinamakan Hitler-Jugend, “Kelompok Muda Hitler”).
Pada pertengahan tahun 1920-an, partai Nazi menjadi sebuah partai kecil yang radikal. Program partai mereka menjanjikan bahwa jika Nazi berkuasa, Yahudi Jerman, yangh dianggap berada dibalik 'Perjanjian Versailes', akan dicabut kewarganegaraannya, atau bahkan diusir dari negara tersebut. Menurut Bruno Hahnel, pemimpin Kelompok Muda Hitler untuk tahun 1927-1945, mereka menganggap bahwa Golongan Yahudi Dunia (World Jewry) ingin meraih kekuasaan dan menguasai dunia sehingga Kelompok Muda Hitler harus menggagalkannya.
Isu konspirasi Yahudi sedunia itu disuarakan secara terbuka oleh Nazi; dan dipercaya. Dan bersamaan dengan munculnya paham anti-Semit itu, tumbuh keyakinan bahwa kekerasan adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses politik, sehingga kemudian, Nazi mendirikan sayap paramiliter yang disebut Sturm Abteilung (SA), “Pasukan Badai”. Tugasnya adalah menjaga pertemuan-pertemuan Nazi, mengancam pengikut partai-partai lain dan menggalang dukungan.
HITLER MENJADI KANSELIR (1923)
Pada tahun 1928 atau 7 tahun setelah Hitler memimpin partai, Nazi gagal meraih kekuasaan dalam pemilu. Pada pemilu itu, Nazi hanya mendapatkan 2,6% suara. Tapi 4 tahun dan 18 bulan kemudian, Hitler menjadi Kanselir Jerman karena Nazi didukung oleh keadaan.
Pada tahun 1930-an, Jerman jatuh bangkrut. Harga produk pertanian dunia yang jatuh mengakibatkan kemiskinan, jatuhnya Wall Street mengakibatkan kemerosotan ekonomi di seluruh dunia, ditambah lagi dengan datangnya tagihan utang dari Amerika Serikat yang semakin menekan persediaan devisa Jerman. Tahun 1931 angka pengangguran di Jerman meningkat hingga 5 juta orang. Pengangguran hidup dengan susah payah di perkotaan ketika Jerman menjadi negara dengan perekonomian paling buruk di dunia. Keadaan semakin buruk ketika lima bank utama di Jerman hancur pada tahun 1931 menyebabkan lebih dari 20.000 perusahaan Jerman gulung tikar.
Tanpa diduga, dalam krisis ekonomi itu, suara untuk Nazi meningkat, orang-orang mulai tertarik dengan prinsip mereka: “Versailes adalah kejahatan dan Yahudi berada dibelakangnya. Marxisme harus dihancurkan dan Bangsa Jerman haruis lahir kembali.” bahkan karena sedemikian bosannya dengan keadaan ekonomi, orang-orang pedesaan yang belum pernah mendengar tentang Hitler dan partainya ikut memilih Nazi. Seperti misalnya di kota terpencil di wilayah Prusia Timur, Neidenburg, terjadi peningkatan suara yang sangat drastis untuk Nazi. Pada tahun 1928, Nazi mendapat 2,3% suara di sini. Namun pada tahun 1930 dukungan yang mereka dapatkan melonjak ke angka 25,8%; padahal Hitler tak pernah berkunjung ke sana dan tak ada perwakilan partai Nazi di kota itu. Tapi bukan hanya Nazi yang mulai naik daun, komunis juga mulai mendapat dukungan sehingga demokrasi yang baru lahir di Jerman mulai terancam karena para pemilih terdorong ke titik ekstrim; antara Nazi dan Komunis. Pertikaian mulai terjadi, Nazi dan Pasukan Badainya (SA) dengan Komunis.
Meskipun pada pemilu itu, Hitler kalah dari pesaingnya Presiden Hindenburg, ia telah menetapkan dirinya sebagai pemimpin alternatif Jerman yang menawarkan keteraturan, kedisiplinan dan kharisma. Pada pemilu tahun 1932 mayoritas mulai memilih dua partai yang secara terbuka bertujuan menggulingkan demokrasi Jerman: Nazi dan Komunis. Demokrasi yang datang di Jerman pada akhir PD I dianggap kurang cocok dan harus disingkirkan dari Jerman. Dalam pidato pemilihan umumnya (Juli, 1932) Hitler tidak menyembunyikan fakta bahwa Nazi memiliki paham kediktatoran.
Hasilnya pada pemilihan umum bulan Juli 1932 itu, Nazi menjadi partai terbesar di Jerman dengan meraih 37,4% suara. Kini hanya ada satu orang yang menjadi penghalang antara Hitler dan posisi Kanselir: Presiden Hindenburg, orang yang pernah bersaing dengan Hitler untuk jabatan presiden dan mengalahkannya. Hindenburg bertemu Hitler pada tanggal 13 Agustus 1932 dan dalam pertemuan itu, Hitler menuntut untuk menjadi Kanselir; Hindenburg menolak. Ia tidak setuju bila kekuasaan pemerintah diberikan ke satu partai yang tidak mewakili mayoritas pemilih dan -lebih jauh lagi- tidak toleran dengan disiplin yang rendah dan seringkali menggunakan kekerasan.
Kemudian munculah sekelompok orang mulai menekan dan melobi presiden Hindenburg, termasuk salah satu diantaranya seorang pengusaha mantan Direktur Reich Bank Hjalmar Schacht. Ia menulis surat kepada Hindenburg mendesak agar Hitler diberi mandat Kanselir demi kebaikan Jerman. Para pengusaha ketika itu lebih memilih agar perekonomian Jerman dikuasai oleh Nazi daripada Komunis yang jelas akan mematikan usaha mereka. Tekanan baru muncul sebagai akibat dari permainan perang militer: sebuah laporan menegaskan pada kabinet bahwa dalam kerusuhan sipil, militer tidak dapat mengendalikan baik Nazi maupun Komunis.
Tapi bukan hanya Hindenburg saja yang mendapat tekanan; Nazi juga mendapatkan hal yang sama. Partai Nazi terancam bangkrut dan kehabisan uang stelah salah satu tokoh utama partai, Gregor Strasser, mengundurkan diri. Sehingga dukungan suara mereka turun menjadi 33%; tampaknya dukungan untuk mereka sudah mencapai titik maksimal. Untungnya, Nazi mendapat dukungan dari kelompok tradisional Kanan yang ingin menggulingkan demokrasi dan komunis karena tanpa dukungan Hitler, mereka tidak akan mampu melekukannya. Salah satu diantara mereka, mantan Kanselir bangsawan Von Papen, menawarkan kesepakatan: Hitler bisa menjadi Kanselir jika ia, Von Papen, menjadi wakil Kanselir, dan hanya ada 2 anggota Nazi lainnya yang masuk kabinet yang matoritas diisi oleh orang-orang konservatif tradisional. Dengan begitu, ia berharap pengaruh Hitler dapat “dijinakkan”. Akhirnya Hindenburg menawarkan posisi Kanselir kepada Adolf Hitler pada tanggal 30 Januari 1933. dan segera setelah pengangkatan resmi itu, salah satu sahabat terdekat Hindenburg pada saat Perang Dunia I, Jenderal Ludendorf, mengirim telegram kepadanya.
[...] Ku ramalkan -dengan sungguh-sungguh- bahwa
“orang terkutuk” ini akan membawa negara kita ke dalam
jurang yang dalam. Generasi mendatang akan mengutukmu
karena ini.
Pada tanggal 30 Januari 1933 itu pula, Nazi mengadakan parade perayaan yang meriah di Berlin; revolusi telah dimulai.
Komentar